Di era sepak bola yang makin cepat, makin penuh trik, dan makin viral… lo kadang butuh satu pemain klasik.
Gak usah dribble ribet. Gak usah show off. Cukup berdiri di kotak penalti, lewatin dua bek, dan sundul bola ke gawang.
Itu Fernando Llorente.
Tinggi 1,95 meter, tubuh gede, first touch halus, sundulan maut. Dia bukan striker “main character” kayak Ronaldo, tapi dia selalu berguna. Dan percaya deh — banyak tim besar survive karena punya striker kayak dia.
Awal Karier: Lahir di Pamplona, Dibentuk Bilbao
Fernando Llorente lahir 26 Februari 1985 di Pamplona, Spanyol. Tapi sejak kecil dia pindah ke wilayah Basque, dan gabung akademi Athletic Bilbao — klub yang cuma rekrut pemain berdarah Basque.
Llorente naik dari:
- Tim junior Bilbao
- Sempat main di Bilbao B
- Debut tim utama di umur 19
Dan dari awal, orang udah liat:
“Oke, ini target man klasik yang bakal ganggu banyak bek.”
Gak cepat, tapi pintar gerak. Gak flashy, tapi penyelesaian klinis. Dan dia punya kaki & kepala yang sama bahaya.
Meledak Bareng Athletic Bilbao: Dari Wonderkid ke Raja San Mamés
Selama hampir 1 dekade di Bilbao (2005–2013), Llorente jadi:
- Pencetak gol utama
- Simbol kebanggaan lokal
- Kapten moral tim
Gaya main Bilbao yang direct cocok banget buat dia. Mereka:
- Crossing dari sisi ke dia
- Main cepat ke kotak penalti
- Andalkan duel udara
Highlight di Bilbao:
- Cetak 111 gol dalam 327 pertandingan
- Bawa Bilbao ke final Copa del Rey & final UEFA Europa League 2012 (walau kalah lawan Atlético)
- Masuk La Liga Team of the Season 2011–12
Fans kasih dia julukan: “El Rey León” — si Raja Singa. Karisma + loyalitas = idola sejati.
Pindah ke Juventus: Ganti Negara, Gak Ganti Tajam
Tahun 2013, Llorente cabut dari Bilbao dan gabung Juventus dengan status bebas transfer. Banyak yang bilang:
“Bakal flop, terlalu lambat buat Serie A.”
Tapi kenyataannya?
Dia malah gacor.
Di Juve:
- Langsung nyetel bareng Carlos Tévez
- Cetak 16 gol di musim debutnya
- Bantu Juve juara Serie A dua kali & Coppa Italia
Juventus main 3-5-2, dan Llorente cocok jadi pemantul bola, duel udara, serta finisher momen-momen krusial.
Singgah di Sevilla, Swansea, Napoli, Spurs: Masih Berguna, Masih Bahaya
Setelah Juventus, Llorente sempat main di:
- Sevilla (2015–16): Sering jadi super-sub
- Swansea City (2016–17): Jadi top skor klub dan bantu selamat dari degradasi
- Tottenham Hotspur (2017–2019): Gantikan Harry Kane, cetak gol penting di Liga Champions
- Napoli & Udinese: Jadi mentor dan pelapis striker muda
Momen ikonik di Spurs:
- Gol lawan Man City di UCL 2019 (perempat final), yang akhirnya bantu Spurs tembus ke final
Walau jarang starter, dia jadi senjata rahasia pelatih buat laga-laga “butuh fisik dan gol cepat”.
Di Timnas Spanyol: Gak Banyak Tampil, Tapi Koleksi Trofi Gila
Llorente mungkin gak sering masuk starting XI Spanyol, tapi dia:
- Panggilan rutin dari 2008–2013
- Main 24 kali, cetak 7 gol
- Masuk skuad juara Piala Dunia 2010 dan Euro 2012
Dia kalah bersaing sama David Villa, Fernando Torres, bahkan Pedro. Tapi…
Dia punya medali Piala Dunia dan Euro.
Kebayang gak, striker cadangan dengan karier “kalem” bisa koleksi dua gelar paling prestisius dunia?
Gaya Main: Target Man Sejati
Apa yang bikin Llorente beda?
✅ Heading kelas elite
✅ Ball control di bawah tekanan
✅ Pivot play — bisa tahan bola & kasih ke second striker
✅ Gak mudah jatuh, kuat banget duel udara
✅ Bisa finishing pakai kaki kanan, kiri, dan kepala
Kalo kamu nonton Llorente, lo bakal liat striker yang:
- Jarang nyeret bola
- Gak main gaya
- Tapi efektif banget
Dia striker yang lo pasang kalau lo butuh plan B, plan udara, atau goal di menit 89.
Karakter & Reputasi: Profesional, Low Profile, Dicintai Ruang Ganti
Satu hal yang gak pernah berubah dari Llorente:
- Gak pernah ribut di media
- Gak drama di ruang ganti
- Sering bantu pemain muda
- Disiplin latihan & loyal ke pelatih
Dia bukan pemain egois. Makanya meski bukan top starter, dia selalu disukai pelatih.
Statistik Karier (Liga & Timnas):
🔹 Athletic Bilbao: 327 penampilan, 111 gol
🔹 Juventus: 92 penampilan, 27 gol
🔹 Sevilla, Swansea, Spurs, Napoli, Udinese: 150+ penampilan, 40+ gol
🔹 Total karier klub: 600+ pertandingan, 170+ gol
🔹 Timnas Spanyol: 24 caps, 7 gol
🔹 Trofi:
- Piala Dunia 2010
- Euro 2012
- 2x Serie A
- 1x Coppa Italia
- Finalis UCL 2019 (Spurs)
Kelebihan:
- Heading brutal
- Posisi pintar di kotak penalti
- Bisa jadi pivot atau target
- Profesional dan tahan tekanan
- Gak drama, tapi efektif
Kekurangan:
− Gak cepat
− Gak cocok main tiki-taka
− Jarang dribble
− Butuh sistem yang support aerial play
Tapi buat pelatih yang tahu taktik, punya Llorente itu punya peluru terakhir yang mematikan.
Setelah Pensiun: Tetap Cinta Bola, Sering Muncul Sebagai Mentor
Setelah gantung sepatu (resmi sekitar 2022), Llorente gak langsung jadi pelatih. Tapi dia:
- Aktif di media Spanyol
- Jadi pembicara & mentor
- Kadang bantu akademi muda Bilbao
- Muncul di beberapa laga amal & event UEFA
Tetap kalem, tetap low profile. Tapi aura “El Rey León” masih kerasa.
Penutup: Fernando Llorente — Si Striker Kalem yang Diam-Diam Koleksi Trofi Gila
Gak semua striker harus viral. Gak semua striker harus nyetak 40 gol per musim.
Kadang, jadi striker efektif yang tahu cara bantu tim menang jauh lebih penting.
Dan Llorente buktiin itu sepanjang kariernya.
Dari San Mamés sampai Turin, dari Premier League sampai La Roja…
Llorente selalu ada, selalu berguna, dan selalu profesional.
Dia adalah tipe pemain yang mungkin lo lupa highlight-nya,
tapi lo bakal inget dampaknya.